Cerita penuh hikmah dan makna..^^
semoga kita bisa mengambil pelajaran atas ini...
\\ Seorang anak dan Pohon Apel //
Pada zaman dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar.
Seorang anak-anak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel
ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan
apel sepuas hatinya, dan ada kalanya dia beristirahat lalu terlelap di
perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat
permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.
Masa
berlalu... anak lelaki itu sudah besar dan menjadi remaja. Dia tidak
lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel
tersebut. Suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah
yang sedih. "Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel
itu." Aku bukan lagi anak-anak, aku tidak lagi gemar bermain dengan
engkau," jawab remaja itu." Aku mau mainan dan aku memerlukan uang untuk
membelinya," tambah remaja itu dengan nada yang sedih. Lalu pohon apel
itu berkata, "Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku, kemudian
jual untuk mendapatkan uang. Dengan begitu, kau dapat membeli mainan
yang kauinginkan."
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel
di pohon itu dan pergi. Dia tidak kembali lagi setelah kejadian
tersebut. Pohon apel itu merasa sedih.
Masa berlalu...Suatu hari,
remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa
gembira."Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu."Aku
tidak ada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan
uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk
keluargaku. Bolehkah engkau menolongku?" Tanya anak itu. "Maafkan aku.
Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang
besar ini dan kau buatlah rumah." Pohon apel itu memberikan cadangan.
Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong semua dahan pohon apel itu
dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi
kemudian ia merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi.
Pada
suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia
sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon
apel itu. Dia telah matang dan dewasa."Marilah bermain-mainlah di
sekitarku," ajak pohon apel itu." Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi
anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku
mempunyai cita-cita untuk berlayar. Malangnya, aku tidak mempunyai
kapal. Bisakah kau menolongku?" tanya lelaki itu. "Aku tidak mempunyai
kapal untuk diberikan kepada engkau. Tetapi kau boleh memotong batang
pohon ini untuk dijadikan kapal. Kau akan dapat berlayar dengan
gembira," kata pohon apel itu. Lelaki itu merasa amat gembira dan
menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian pergi dari situ dengan
gembiranya dan tidak kembali lagi setelah itu. Namun begitu, pada suatu
hari, seorang lelaki yang semakin tua, datang menuju pohon apel itu. Dia
adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel
itu."Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada
engkau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau
buat rumah, batangku untuk kau buat kapal. Aku hanya ada tunggul dengan
akar yang hampir mati..." kata pohon apel itu dengan nadapilu."Aku tidak
mau apelmu kerana aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak
mau dahanmu karena aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mau batang
pohonmu karena aku berupaya untuk berlayar lagi, aku merasa lelah dan
ingin istirahat," jawab lelaki tua itu."
Jika begitu, istirahatlah
di perduku," kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat
di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis
kegembiraan.
Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita
itu adalah kedua Ibu Bapak kita. Bila kita masih muda, kita suka bermain
dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita memerlukan bantuan
mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali
meminta pertolongan apabila kita dalam kesusahan. Namun begitu, mereka
tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan
gembira dalam hidup. Kita mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu
bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi itulah hakikatnya
bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani Ibu Bapak mereka.
Hargailah jasa Ibu Bapak kita. Begitu besar jasa kedua orangtua kita dan
kita tidak mungkin bisa membalasnya, karena tanpa mereka kita tidak
bisa seperti sekarang ini.
--------------------by Wahid Raharjo